Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ketika Tuhan yang Menentukan

Daftar isi


    "Fit, sebenarnya aku menyukaimu sejak malam itu beberapa tahun yang lalu", itu yang rudi katakan kepada fitri.
    "Hah, yang bener rud?" fitri kaget dengan apa yang baru saja diucapkan oleh rudi.

    Mereka bertemu kembali setelah lulus kuliah 4 tahun yang lalu, dan sekarang rudi menjadi teman kerja fitri. Rudi setelah lulus kuliah memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya menemani ibunya yang sedang sakit, namun karena tak kunjung mendapatkan pekerjaan dan ibunya sudah sembuh. Rudi mencoba mencari kerja dimana dia memperoleh gelar sarjana dan akhirnya minggu lalu rudi di terima kerja.

    Hari pertama kerja, rudi melihat sesosok wanita yang tak asing di matanya, ya itu kan fitri, wanita yang dulu pernah aku sukai, batin rudi ketika melihat fitri dari kejauhan. Rudi pun menghampiri fitri dan mereka bernostalgia kembali sewaktu kuliah, dari ngomongin pak santoso, dosen yang paling pelit soal nilai, sampai kebiasaan fitri yang sering lupa bayar makan di kantin kampus dan keseruan lainnya yang membuat mereka tertawa lepas.

    Hari demi hari dilalui bersama di tempat kerja, mereka pun kembali dekat seperti saat kuliah, kedekatan itu pun membuat rudi merasa, rasa itu tumbuh kembali, perasaan yang pernah di pendam dalam-dalam, karena rudi tidak mau melukai kekasihnya, rudi hanya menutupi kedekatan itu dengan persahabatan dan hingga akhirnya terkubur oleh waktu.

    Sekarang rudi sudah sendiri, sebaliknya fitri yang sekarang punya pacar. Sepanjang malam rudi selalu ingin menceritakan apa yang dia rasakan, tapi dia merasa bersalah ketika harus jujur mengungkapkan perasaan yang dia gali sendiri ke permukaan, rudi selalu merasa dihantui ketakutan merusak hubungan sahabatnya itu dengan pacarnya.

    Bulan ke lima mereka bekerja di kantor yang sama dan rudi mendekati fitri.

    "Fit, nanti pulang kerja ngopi yuk, ada yang mau aku omongin" ajak rudi.
    "Boleh rud, ditempat biasa kita dulu aja rud ngopinya, gimana?" Pinta fitri.
    Oke (manggut-manggut, tanda setuju dan langsung kembali ke meja kerjanya)", rudi setuju.

    Sesampainya ditempat ngopi, mereka langsung memesan dan mencari tempat di pojok kedai itu berdekatan dengan kolam yang dihiasi lampu dan ikan warna warni.

    "Rud, ada apa, kok kayaknya penting banget?" Tanya fitri penasaran.
    "Gapapa kok fit, cuma kangen aja ngopi bareng kamu" jawab rudi.
    "Yang bener rud, aku kenal kamu udah lama lho dan aku tahu kalo kamu sedang berbohong" fitri masih penasaran.
    Sebelum rudi sempat menjawab, pesanan kopi mereka pun datang.
    "Ayolah rud, kamu nggak usah bohong sama aku, kita kan udah lama kenal, masih aja ada yang kamu tutupi" fitri masih ngeyel.
    "(menghela nafas) Aku takut fit, takut kamu marah dan takut kedekatan kita ini berakhir" rudi menjawab ragu-ragu.
    "Rud, kamu itu, aku janji deh, apapun yang kamu katakan nggak akan membuat hubungan kita menjadi berubah", fitri meyakinkan rudi.
    "Begini fit, Aku sekarang mau  jujur, ya meski mungkin sebenarnya hal ini sudah basi, tapi karena beberapa minggu ini aku terganggu dengan apa yang aku rasain, jadi aku ingin jujur" rudi mulai memantapkan diri.
    "Apa sih rud..." Fitri makin penasaran.
    "Jadi begini fit, dulu aku pernah menyukaimu" rudi mulai menjelaskan.
    "Terus..." Fitri memotong pembicaraannya rudi.
    "Iya, dulu aku suka kamu, tapi dulu kan aku udah punya pacar" rudi mengatakan dengan jujur.
    "Sejak kapan?" Fitri makin penasan.
    Sejak malam itu, waktu aku nungguin kamu di rumah sakit, Aku semalaman nggak tidur, karena aku suka banget lihat wajahmu waktu tidur, menenangkan, anggun, manis dan dingin..." Ucap rudi dengan yakin.
    "Tapi kenapa baru ngomong sekarang sih rud?" Fitri mengintrogasi.
    "Karena dulu aku masih punya pacar fit, aku bukan tipe cowok yang suka ninggalin pasanganku karena ada yang lebih aku sukai dan sekarang aku udah putus" rudi memberi alasan.
    "Iya tapi seenggaknya kamu ngomong aja dulu rud" fitri sedikit menyesal mendengar apa yang dijelaskan rudi.
    "Ya udahlah fit, aku cuma pengen ngomong itu aja, dan aku tahu kok kamu sekarang udah punya pacar, aku cuma pengen kamu tahu aja fit", rudi tersenyum yang dipaksakan.
    "Terus sekarang apa kamu masih suka sama aku? apa kamu juga sayang sama aku rud?" Fitri masih menginginkan jawaban yang lebih dari rudi.
    "Gimana ya fit, jujur aja ya aku masih suka sama kamu, kalo sayang... (berfikir keras) ya sayang fit, sampe sekarang pun juga masih sayang" rudi berkata jujur.
    "Makasih ya rud kamu mau jujur, dan aku sumpah kaget banget karena sejak dulu kamu nggak pernah kasih tanda-tanda sama sekali" fitri sudah yakin dengan ucapan rudi.
    "Hahaha... kamunya aja yang nggak peka fit, aku bolos kuliah demi nungguin kamu waktu sakit dan aku suka ngacak-acak rambutmu, itu karena aku sayang sama kamu, karena aku gemes sama kamu. Tapi ya sudahlah fit, aku cuma pengen cerita aja soal perasaanku yang dulu ke kamu" rudi lega sudah menjelaskan.
    "Eh kamu waktu mata kuliah pak santoso dapat nilai apa?" Fitri mengalihkan pembicaraan.
    "C fit, tu dosen nyebelin banget. kalo kamu fit?" Rudi menunjukkan wajah memelas.
    "A dong aku gitu lho" fitri tertawa dan ngeledek rudi.
    "Ih... Sombong ni bocah" rudi mulai ngacak-acak rambut fitri.

    Obrolan mereka pun berakhir di jam 22:00 WIB, rudi pun langsung mengantar fitri pulang ke kostnya. Semenjak malam pengakuan rudi, hubungan mereka menjadi lebih dekat, fitri pun ternyata memikirkan yang dikatakan rudi dan diam-diam fitri suka curi-curi pandang ketika rudi bekerja. Akhirnya fitri pun mengambil keputusan...

    "Rud, nanti pulang kerja ngopi lagi yuk" fitri mengajak rudi.
    "Ditempat biasa fit?" Rudi bertanya
    "Iya rud" fitri memberi jawaban singkat

    Di tempat ngopi

    "Ada apa fit? lagi ada masalah ya sama pacarmu?" Rudi penasaran.
    "Nggak kok rud, cuma aku beberapa hari ini kepikiran yang kamu omongin kemarin" fitri berkata jujur.
    "Fit... udahlah, aku kan cuma ngungkapin aja dan aku nggak minta kamu jawab, karena kalo aku pendam itu nggangu aku banget" Rudi sambil mengenggam tangan fitri
    "Iya rud, aku tahu itu, tapi ketika mendengar itu hatiku yang menjawab..  dan aku juga sayang sama kamu rud". Fitri menyenderkan kepala dipundak rudi.
    "Aku juga sayang kamu fit, tapi sebenarnya aku dari awal cuma pengen kasih tau aja kalau dulu aku suka sama kamu" rudi menegaskan kembali.
    "Jadi kamu nggak suka ya kalo aku sayang kamu?", Fitri mengangkat kepala dr pundaknya rudi dengan wajah jengkel.
    "Fitri, aku masih suka sama kamu, tapi kamu udah punya pacar, dan aku merasa bersalah kalau kamu sampai meninggalkan dia karena aku" rudi memberi pengertian.
    "Iya rud. Aku ingin menikmati setiap detik apapun yang terjadi diantara kita. Walau aku tau, kemana dan seperti apa ujung dari rasa ini. Biar waktu nanti yg berbicara, toh kita juga dipertemukan oleh waktu. Biar kita punya cerita... Yang jelas, sekarang aku bahagia di dekat kamu rud". Fitri menjelaskan.
    Kemudian menarik tubuh fitri, dan memeluk dengan erat sambil megelus-elus kepala fitri.
    "Aku juga fit, bahagia banget bisa sedekat ini bersamamu" rudi berbisik.

    Mereka terhanyut dalam gelapnya malam yang disertai rintik hujan. Mungkin malam ini Tuhan sedang mencairkan asmara yang telah membeku.

    Hubungan mereka berdua di kantor selayaknya rekan kerja, namun ketika berdua mereka cukup dekat. Hingga akhirnya suatu malam rudi menanyakan hubungannya dengan fitri.

    "Malam manis, udah tidur belum?" Sapa rudi melalui whatsapp
    "Malam juga rud, belum, ada apa?" Balasan fitri.
    "Fit, sebenarnya hubungan kita ini kayak apa ya dan mau dibawa kemana?" Tiba-tiba rudi menanyakan  hubungan yang dijalaninya bersama fitri.
    "Aku juga nggak tahu rud, kita jalani aja rud, mumpung kita masih bisa bersama, biar ada cerita kelak antara kita" jawab fitri.
    "Oke fit. Kita jalani aja kayak gini sampai waktu yg memisahkan kita" balas rudi lagi.
    "Rud..  Tuhan mempertemukan kita untuk satu alasan. Entah hanya untuk sesaat atau untuk selamanya. Entah akan menjadi bagian terpenting atau hanya sekedarnya. Tetapi, tetaplah menjadi yang terbaik di waktu kita bersama ya. Meski tidak menjadi seperti apa yang kita diinginkan. Tapi tidak ada yang sia-sia karena Tuhan yang mempertemukan kita".
    Rudi hanya menelan ludah, tak mampu berkata2, dan matanya berkaca2.

    1 tahun kemudian

    Hari demi hari dilalui tanpa fitri, terasa sepi, meski tak sendiri tapi tetap sunyi, rudi merasa tak memiliki energi. Namun rudi menyadari bahwa dia harus tetap melangkah ke depan hingga akhirnya rudi mendapatkan kekasih hati, meski tak seperti fitri namun mereka bahagia dengan cara yang berbeda. Sebelum rudi menikah, rudi menulis surat untuk fitri.

    "Fitri...
    Dahulu kita tak saling kenal, tak saling bertegur sapa, namun waktu mendekatkan kita, merangkul kita saat bersama, waktu pula yang membuat kita bergurau diselingi canda tawa yang begitu lepas.
    Kini waktu pula yang membuat kita berada di dunia berbeda.  Kita dahulu saling berhadapan, bertatapan, sebelum akhirnya besok kita saling melupakan. Karena aku tahu, Tuhan yang menginginkan kita tak bersama, tapi aku yakin ketika kita disana Tuhan akan mempersatukan kita untuk selamanya."

    Itulah tulisan terakhir yang rudi kirimkan ke fitri, sebelum rudi benar-benar pergi bersama pujaan hati yang akan segera dinikahi.

    End